Tuntutlah Ilmu hingga Negeri Cinta, itu juga comot pepatah.
Begitu juga dalam tulis-menulis. Banyak cara untuk bisa menulis.
Saat ini,
banyak buku tentang belajar menulis di toko buku karya para penulis
kawakan. Mulai karya Pak Bambang Trim (The Art of Stimulating Idea),
Naning Pranoto, Arswendo Atmowiloto (Menulis Itu Gampang), Primadonna
Angela, Gol A Gong (Te-We), Triani Retno. Terbaru, ada buku Bukan Buku
Bestseller karya penulis produktif Indari Mastuti & Pritha Khalida.
Buku-buku
ini renyah dan bermanfaat untuk kita baca. Memberi kita seluk-beluk
tentang bagaimana menulis cerpen, menemukan ide, menuliskan ending,
membuat tokoh-tokoh hidup dan banyak lagi.
Jalan lain, ikutan kursus menulis.
Saat ini
banyak lembaga membuka kursus menulis. Tidak heran, karena banyak yang
percaya menulis itu bukanlah bakat. Tapi bisa dipelajari. Di luar
negeri, ada sekolah khusus menulis kreatif yang mencetak penulis andal.
Di Indonesia, kursus menulis ini tumbuh bak jamur di musim hujan
*pepatah again hihi.
Kita
sebagai calon penulis tinggal memilih. Mau ikutan yang mana. Apakah yang
berbayar atau gratisan. Mau tatap muka langsung atau berbayar. Untuk
yang berbayar dan tatap muka, ada Rumah Pena asuhan Achi TM di
Tangerang, seorang penulis muda yang ahli menulis buku, cerpen dan
skenario. Rumah Pena juga dibimbing oleh Emaknya Majalah Remaja Story,
Mbak Erin.Keduanya mengajar skenario, cerpen dll.
Untuk kelas
online, ada Winner Clas by Kang Ali Muakhir, Kelas Ajaib oleh Bhai
Benny Rhamdani. Biasanya mereka mengajarkan penulisan cerita anak.
Adapula Kinoysan University, lembaga nulis oleh penulis ternama Ary
Kinoysan Wulandari. Rata-rata mereka mengadakan kelas online berbayar,
tapi ada pula kelas tatap muka langsung.
Ada pula
workshop nulis yang diadakan sesekali diadakan lembaga yang mengundang
penulis terkena misalnya Pelatihan Nulis Travelling bersama Gol A Gong
dan IIDN Semarang beberapa waktu lalu. Atau talkshow kepenulisan Asma
Nadia, Boim Lebon dll.
Biasanya,
kelas menulis yang intensif biaya kursusnya cukup mahal. Ya, kita anggap
sebagai investasi ilmu berharga. Ilmu kan priceless?
Seorang teman mengeluh, kenapa kursus menulis mahal dan hanya untuk orang berpunya? Yang miskin gimana bisa jago nulis?
Hm, salah banget. Banyak jalan menuju Roma, lagi-lagi.
Seperti dakuw bilang diatas, ada kelas berbayar, ada yang gratisan. Kita
bisa menimba ilmu tentang nulis di kelas gratisan. Selain ikut kursus
menulis novel intensif Mbak Ary Nilandari yang berbayar, dakuw juga
sering banget mengikuti kelas nulis gratisan. Banyak
lho, ternyata. Penyelenggaranya biasanya penerbit bekerja sama dengan
komunitas penulisan. Asal kita bumbata aka buka mata dan telinga mencari
infonya.
Misalnya
nih, aku pernah mengikuti workshop nulis cerita anak oleh Pak Bambang
Trim dari Salamadani dan Komunitas Penulis Bacaan Anak di Bandung. Ada
pula kelas Akber (Akademi Berbagi) Semarang dipandu Ollie. Hm, ada kelas
intensif menulis novel romance yang diadakan Penerbit Gradien
Mediatama. Ada tatap muka, adapula kelas online. Ada pula Kelas Menulis
bersama Tasaro GK dan Mizan. Kelas menulis script aplikasi dengan DAR!
Mizan baru-baru ini. Redaksi Majalah juga tak mau kalah. Majalah Femina
pernah mengadakan kursus gratis menulis Gado-Gado. Karya yang terpilih
dan menang di Workshop itu dimuat di Majalah. Asik bangettt!
Rata-rata
kelas gratisan ini memilih pesertanya dengan cara seleksi. Biasanya,
mengirimkan tulisan sesuai tema penulisan. Yang terpilih, akan dihubungi
untuk mengikuti pelatihan gratis. Bahkan, ada pula pelatihan yang
langsung merekrut peserta berprestasi sebagai penulisnya dan menerbitkan
buku karya peserta. Misalnya penerbit Mizan, Gagas Media dan Gradien
Mediatama. Wow!
Jadi, tunggu apalagi, Kawan?
Jangan
sampai melewatkan peluang emas mendapatkan ilmu. Informasi berharga dari
editor dan penerbit. Juga dorongan semangat dari para senior. Tapi, semua pelatihan itu nggak ada gunanya kalo kita nggak mulai nulis, nulis, dan nulis...
sumber : http://iidnsemarang.blogspot.com/2013/03/banyak-jalan-mendapat-ilmu-nulis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar